PENGENDALIAN
NABATI PENYAKIT TANAMAN
2. PEMBUATAN
EKSTRAK DAN SUSPENSI PESTISIDA NABATI UNTUK APLIKASI LAPANG SERTA PENGUJIAN
SECARA IN PLANTA
(Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tanaman)
Oleh
Farida Lukmi
1514121052
Kelompok 1
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2017
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Serangga
hama dan penyakit merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat kelancaran
dalam budidaya cabai. Salah satu jenis penyakit yang sering menyerang pada
tanaman cabai adalah penyakit antraknosa. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Coletotrichum
sp., yang pada tingkat serangan tertentu dapat merugikan hasil yang cukup
besar juga dapat menghancurkan seluruh tanaman (Rohmawati, 2002).
Dewasa
ini penggunaan insektisida sangat tinggi untuk mengendalikan hama dan penyakit
tanaman. Diperkirakan 50 % dari biaya produksi digunakan untuk membeli
insektisida. Penggunaan insektisida oleh para petani bawang dan cabai
dilapangan sudah sangat intensif, baik jenis maupun dosis yang digunakan, serta
interval penyemprotan yang sudah sangat pendek tenggang waktunya. Keadaan ini
akan menimbulkan berbagai permasalahan serius karena insektisida dapat
mencemari lingkungan. Oleh karena itu, pada sistem pertanian sekarang diperkenalkan
sistem PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yaitu suatu sistem yang menggunakan
berbagai cara pengendalian diantaranya menggunakan pestisida nabati yang
terbuat dari ekstrak tumbuhan yang dapat menghambat pertumbuhan organisme
pengganggu tanaman (Sanjaya et al,
2002).
Untuk
menghemat biaya produksi, membuat pestisida nabati secara mandiri adalah salah
satu solusinya. Oleh karena itu dilakukan praktikum ini untuk mengetahui
bagaimana cara membuat ekstrak dan suspense pestisida nabati yang selanjutnya
akan diuji cobakan secara in planta pada
cabai merah yang sudah diberi patogen Colletotrichum
capsici.
1.2
Tujuan
Praktikum
Adapun
tujuan dilakukannya praktikum ini adalah:
1.
Mengetahui cara pembuatan ekstrak dan
suspensi pestisida untuk aplikasi di lapangan.
2.
Mengetahui efektivitas penggunaan
pestisida nabati terhadap pertumbuhan patogen C. capsici secara in planta.
II.
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1
Alat dan Bahan
Alat-alat yang
digunakan pada praktikum ini adalah pisau, timbangan, sendok makan, beaker
glass, nampan, dan kapas. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah pucuk Chromolaena
odorata, diterjen, minyak tanah, air, biakan murni Colletotrichum capcisi, dan
buah cabai.
2.2
Prosedur Kerja
a. Prosedur kerja pembuatan ekstrak pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Dipotong 100 gram pucuk Chromolaena
odorata kecil-kecil.
2. Dimasukan ke dalam beaker glass.
3. Ditambahkan 100 ml air.
4. Direndam selama 24 jam.
b. Prosedur kerja
pembuatan suspensi pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Diambil 100 ml air
rendaman Chromolaena odorata.
2. Ditambahkan 1000
ml air.
3. Dimasukan diterjen
dan minyak tanah dengan ketentuan, 1 sendok makan unutk 14 liter air.
4. Disemprotkan suspensi
pestisida nabati tersebut ke buah cabai yang telah diinokuasikan dengan biakan Colletortichum
capcisi.
5. Disimpan buah
cabai yang telah diperlakukan dalam nampan yang berisi kapas basah. Setelah itu
nampan ditutup menggunakan plastik wrap.
6. Diamati
perkembangan penyakit dengan mengukur diameter gejala Colletortichum capcisi.
Pengukuran dilakukan secara vertikal dan horizontal. Data
diameter gejala
didapatkan dengan menjumlahkan data hasil pengukuran diameter secara vertikal
dan horizontal dan membaginya dengan 2.
7. Dibandingkan hasil
pengukuran diameter gejala tersebut dengan diameter gejala serangan pada buah
yang tidak diaplikasikan dengan ekstrak Chromolaena odorata.
III.
HASIL PENGAMATAN DAN
PEMBAHASAN
3.1
Hasil Pengamatan
Adapun hasil dari
praktikum yang sudah dilakukan adalah:
Tabel. 1 Pengamatan diameter Colletotrichum
capcisi yang disemprot dengan pestisida nabati.
Pengamatan Hari
|
Diameter Koloni (cm)
|
Rerata (cm)
|
||||
U1
|
U2
|
U1
|
U2
|
|||
Vertikal
|
Horizontal
|
Vertikal
|
Horizontal
|
|||
Senin
|
1.5
|
0,2
|
1
|
0,3
|
0,85
|
0,65
|
Jumat
|
1,6
|
0,6
|
2,2
|
0,7
|
1,1
|
1,45
|
Senin
|
1,7
|
0,7
|
2,2
|
0,7
|
1,2
|
1,45
|
Tabel 2. Pengamatan diameter Colletotrichum
capcisi yang tidak diaplikasikan dengan
pestisida nabati (kontrol).
Pengamatan Hari
|
Diameter koloni (cm)
|
Rerata (cm)
|
|
Vertikal
|
Horizontal
|
|
|
Senin
|
1,6
|
2,8
|
2,2
|
Jumat
|
3,2
|
4,4
|
3,8
|
Senin
|
5,3
|
6,4
|
5,85
|
3.2
Pembahasan
Pada praktikum kali
ini, digunakan cabai merah yang sudah diinokulasikan dengan patogen Colletotrichum
capsici untuk mengetahui efektivitas dari penggunaan pestisida nabati yang
terbuat dari ekstrak Chromolaena odorata. Dalam hal ini dilakukan dua
perlakuan, yaitu kontrol dan aplikasi pestisida. Dari data yang diperoleh dapat
dilihat bahwa cabai merah dengan aplikasi pestisida nabati pertumbuhan
patogennya tidak begitu besar dibandingkan dengan kontrol. Hal ini dapat
diindikasikan bahwa pestisida nabati ini benar adanya dapat digunakan sebagai
pengendali penyakit tanaman. Namun pada kenyataannya bahwa cabai dengan infeksi
patogen tetap mengalami peningkatan pertumbuhan walaupun keci amat kecil.
Pestisida nabati adalah
pestisida yang bahan aktifnya berasal daritumbuhan atau bagian tumbuhan seperti
akar, daun, batang atau buah.Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk,
antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan
hasil pengambilan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan. Selain itu, bagian
tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida.
Pestisida dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama
digunakan,bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri (Anonim, 2015).
Efektivitas tumbuhan sebagai pestisida nabati
sangat tergantung dari bahan tumbuhan yang dipakai, karena satu jenis tumbuhan
yang sama tetapi berasal dari daerah yang berbeda dapat menghasilkan efek yang
berbeda pula, ini dikarenakan sifat bioaktif atau sifat racunnya tergantung
pada kondisi tumbuh, umur tanaman dan jenis dari tumbuhan tersebut.
Petani
pedesaan umumnya lebih banyak mengenal jenis-jenis pestisida kimia sintetik
daripada pestisida nabati. Padahal tumbuhan yang biasa ditemui sehari-harinya
di sawah ataupun di ladang adalah bisa digunakan sebagai pestisida. Sekalipun
petani tahu akan hal itu, petani tidak akan mau menggunakan pestisida
nabati,
karena petani menganggap bahwa cara ini cukup menyulitkan dan hasilnya pun
kurang memuaskan. Hal inilah yang mendorong para mahasiswa pertanian untuk
melakukan penyuluhan tentang pembuatan dan penggunaan pestisida nabati salah satunya yaitu dengan bahan dasar
kunyit, lengkuas, jahe dan kencur untuk mengendalikan beberapa penyakit yang
disebabkan oleh jamur.
Cara
pembuatan pestisida nabati ini adalah dengan (Anonim, 2015):
·
1 kg lengkuas, 1 kg kunyit,
1 kg jahe, 1 kg kencur dan 1 butir gambir ditumbuk halus.
·
Lalu direndam dengan 5 liter
air kelapa, tambahkan 1 liter EM4 dan 50 gr gula pasir selama 1 minggu,
kemudian saring.
·
Penggunaannya dapat
disemprotkan ke tanaman pada pagi / sore hari dengan konsentrasi 50 cc/tangkai.
Bisa ditambah perekat.
IV.
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang diperoleh dari praktikum ini adalah:
1.
Cara pembuatan suspense adalah dengan
menghaluskan bagian pucuk tanaman Chromolaena
odorata yang dicampurkan dengan air.
2.
Efektivitas tumbuhan sebagai pestisida
tergantung konsentrasi bahan bioaktif pada tumbuhan.
3.
Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai
pestisida nabati diantaranya adalah kunyit, jahe, kencur, dan lengkuas.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2015. Sosialisasi Penggunaan Pestisida Nabati untuk Pertanian Organik. Diakses dari http://
webblogkkn.unsyiah.ac.id/lamraya9/sosialisasi penggunaan- pestisida-nabati-untuk-pertanian-organik/
2 Juni 2017 Pukul 2.15 WIB.
Rohmawati, A. 2002. Pengaruh Kerapatan Sel dan
Macam Agensia Hayati terhadap
Perkembangan Penyakit Antranoksa dan Hasil Tanaman Cabai (Capsicum
annuum L.). Diakses dari http :// digilib.si.itb.ac.id/ tanggal 1 Juni 23.33 WIB.
Sanjaya
L., G.A Wattimena, E. Guharja, M. Yusuf, H. Aswidinnoor, P. Stem. 2002. Keragaman
ketahanan aksesi capsicum terhadap antraknose (Colletotrichum capsici) berdasarkan
penanda RAPD. Jurnal Bioteknologi Pertanian, Vol. 7.
L
A M P I R A N
0 komentar:
Post a Comment