TEKNIK
BUDIDAYA BUNGA POTONG SNAPDRAGON
(Antirrhinum majus L.) DI “KARIKSA FLOWERS”
KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN
BANDUNG BARAT
(Laporan
Praktik Umum)
Oleh
FARIDA LUKMI
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
haturkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan nikmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Umum dengan judul Teknik Budidaya Bunga Potong Snapdragon (Antirrhinum majus L.) di Kariksa Flowers
Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Tidak lupa sholawat beriring
salam penulis sanjung agungkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang
kita nantikan syafaat dan pertolongannya dihari kiamat. Pada kesempatan ini,
penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak
yang telah membantu penyelesaian laporan ini.
Laporan
ini merupakan hasil Praktik Umum yang dilaksanakan di Kariksa Flowers Desa
Sukajaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat dari 11 Juli sampai dengan
14 Agustus 2018. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Kedua orangtua, kakak, adik, serta
keluarga yang selalu memberi dukungan berupa doa, moriil, material, serta kasih
sayang yang tulus dan ikhlas sehingga penulis dapan menyelesaikan laporan
Praktik Umum ini.
2.
Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa,
M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang telah
mengizinkan untuk melakukan Praktik Umum.
3.
Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si.
selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Universitas Lampung yang telah memberikan
izin untuk melakukan Praktik Umum.
4.
Bapak Ir. Setyo Widagdo, M.Si. selaku
Dosen Pembimbing Praktik Umum yang selalu memberikan bimbingan dan nasihatnya
untuk menyelesaikan kegiatan Praktik Umum.
5.
Ibu Ir. Yayuk
Nurmiyati, M.S. selaku panitia Praktik Umum Jurusan Agronomi dan Hortikultura
Universitas Lampung untuk memberikan pengarahan, masukan, motivasi dna
bimbingan untuk melaksanakan kegiatan Praktik Umum.
6.
Aa Cece selaku pemilik lahan budidaya bunga
snapdragon yang telah membagikan ilmu dan pengalamannya dalam berbudidaya bunga
snapdragon.
7.
Kang Krisma Riansyah, S.P. dan Teh Deviana
Febian, S.P. selaku pembimbing lapang yang dengan tulus membimbing dan
mengarahkan selama kegiatan Praktik Umum berlangsung.
8.
Keluarga besar Kariksa Flowers yang
telah banyak membantu selama Praktik Umum.
9.
Rekan-rekan Praktik Umum Novalia
Syafitri, Hamida Muliana Sari, Elisabeth Ivana Nancy A., Desi Sapitri, dan Okvi
Hilleri AN. Serta rekan kelas A Agroteknologi 2015 yang selalu memberikan
semangat untuk melakukan kegiatan Praktik Umum.
10. Secara
tulus penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Teh Yani
Suryani, Abrisam Fiji dan Teh Citra yang telah menerima penulis untuk tinggal
bersama selama kegiatan Praktik Umum berlangsung.
Semoga seluruh kebaikan
dan ketulusan bapak, ibu, teteh, akang, adik dan juga rekan-rekan yang sudah
diberikan kepada penulis mendapatkan ganjaran yang setimpal dari Allah ta’ala.
Akhir kata penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Bandarlampung, September
2018
Penulis
Farida Lukmi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Snapdragon (Antirrhinum
majus L.) merupakan salah satu bunga potong yang belum lama ini
dikembangkan di Indonesia. Snapdragon berasal dari daerah Mediterania yang
beriklim subtropis. Sebagai bunga potong, snapdragon memiliki keunggulan dalam
bentuk yang menarik serta warna bunga yang mecolok. Bunga snapdragon memiliki
aroma khas yang segar dan dapat bertahan hingga beberapa hari, sehingga sangat
cocok untuk disimpan sebagai hiasan di dalam rumah atau dekorasi acara.
Alaminya bunga snapdragon merupakan tanaman tahunan, namun jika diperuntukkan
sebagai bunga potong, maka snapdragon dipanen dalam semusim dengan hanya
mengambil satu rangkaian tiap tangkainya (Windaryanto, Nihayati, dan
Weningsari, 2006).
Beberapa jenis snapdragon yang umum
dijumpai di Indonesia adalah jenis Butterfly
Broze (warna oranye kekuningan), Rocket
Red (pink pudar), Soltice Yellow (kuning
pucat), Sonet pink (pink cerah) dan
yang paling banyak diburu oleh konsumen adalah White (putih). Tanaman snapdragon terbagi menjadi tiga jenis yang
dibedakan berdasarkan ukuran tinggi tanaman, yaitu snapdragon tinggi,
snapdragon sedang dan snapdragon kerdil.
Snapdragon tinggi (60-120 cm) umumnya digunakan
sebagai bunga potong atau hiasan dekorasi suatu acara, snapdragon sedang (30-60
cm) biasanya digunakan sebagai tanaman hias. Sedangkan snapdragon kerdil (10-30
cm) tumbuh lebat dan padat, sehingga digunakan sebagai tanaman hias dalam pot.
Ketinggian tempat dalam berbudidaya tanaman erat
hubungannya denga faktor suhu. Pada dataran tinggi suhu udaranya relatif
rendah, sedangkan pada dataran rendah suhu udaranya relatif tinggi. Suhu udara
di dataran tinggi umumnya optimal untuk pertumbuhan tanaman sub-tropis, seperti
tanaman snapdragon. Suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman snapdragon
yaitu antara 15-21o C. Apabila suhu udara diatas 21o C
akan mengakibatkan pertumbuhan batang yang terlalu panjang (Windaryanto Nihayati,
dan Weningsari, 2006).
Salah satu yang daerah membudidayakan snapdragon adalah
Jawa Barat, tepatnya di Lembang, Bandung Barat. Pengusaha bunga potong di
Lembang yang membudidayakan snapdragon adalah “Kariksa Flowers”. Dengan luas
lahan yang dimiliki oleh perusahaan ini
yaitu 1,7 Ha, yang digunakan untuk berbudidaya bunga mawar. Selain itu, “Kariksa
Flowers” juga memiliki beberapa mitra petani dengan berbagai jenis komoditas
bunga potong yang ditanam diantaranya snapdragon, gerbera, dan krisan. Dengan
banyaknya komoditas yang ditanam dan lahan yang
luas, maka “Kariksa Flowers” menjadi supplier
bunga potong untuk daerah Bandung dan sekitarnya. “Kariksa Flowers” telah
melakukan budidaya di dalam green house yang
memperhatikan aspek agroklimat sehingga layak dijadikan sebagai tempat Praktik
Umum.
Praktik Umum merupakan salah satu mata kuliah wajib
3 sks dengan tujuan untuk mengaplikasikan teori perkuliahan dalam kehidupan
nyata bidang pertanian sesuai dengan bidang keahliannya. Selain itu, mahasiswa
memperoleh pengalaman dan keterampilan operasional yang akan membentuk jiwa
kewirausahaan dan profesionalisme serta mendewasakan proses berpikir dalam
menelaah masalah yang terdapat di dalam bidang keilmuannya secara pragmatis
ilmiah.
1.2 Tujuan
Tujuan
dilakukannya praktik umum ini diharapkan mahasiswa mampu:
(1)
Mampu mengaplikasikan teori kuliah dalam
budidaya bunga potong snapdragon;
(2)
Memahami teknik budidaya tanaman
snapdragon;
(3)
Memahami teknologi panen dan pascapanen
tanaman snapdragon.
1.3 Waktu,
Tempat, dan Metode Pelaksanaan Kegiatan Praktik Umum
1.3.1 Waktu dan Tempat
Praktik Umum
Kegiatan Praktik Umum dilaksanakan
selama 30 hari kerja efektif yaitu mulai 11 Juli - 14 Agustus 2018 di “Kariksa
Flowers”, Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
1.3.2 Metode Pelaksanaan Praktik Umum
Metode pelaksanaan praktik umum adalah magang,
wawancara, dan pembuatan laporan.
1.2.3.1 Magang
Magang
dilakukan dengan praktik secara langsung di lapang yang terkait dengan
budidaya, teknologi panen, dan pascapanen bunga potong snapdragon di “Kariksa
Flowers”, Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Magang
dilakukan di bawah pengawasan dan bimbingan dari pembimbing lapang.
1.2.3.2 Wawancara
Wawancara
dilakukan secara langsung dengan membahas topik yang sama yaitu budidaya,
teknologi panen, dan pascapanen bunga potong snapdragon di “Kariksa Flowers”,
Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
1.2.3.3 Penulisan
laporan
Laporan
praktik umum dibuat berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan dan hasil
wawancara yang telah dilakukan pada kegiatan praktik umum sehingga hasil yang
diperoleh dapat memberikan gambaran tentang budidaya, teknologi panen, dan
pascapanen pada tanaman snapdragon potong di “Kariksa Flowers”, Desa Sukajaya,
Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, dan selanjutnya menyusun draft
untuk laporan akhir.
II. KONDISI
DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK UMUM
2.1 Sejarah
“Kariksa Flowers” merupakan salah satu perusahaan
bunga potong yang terletak di Desa Sukajaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten
Bandung Barat, Jawa Barat. Perusahaan
ini berdiri sejak tahun 1980-an yang diawali dengan budidaya bunga krisan lokal
dengan luas lahan awalnya adalah 1000m2. Nama “Kariksa” sendiri berasal
dari bahasa Sunda yang berarti “terjaga” atau “terpelihara”, nama ini digagas
langsung oleh pendiri usaha tani “Kariksa Flowers” yaitu Bapak H. Uka.
Perkembangan trend
dan pasar bunga potong mulai berubah pada komoditas mawar, akhirnya “Kariksa
Flowers” pun ikut menyesuaikan dengan menambah komoditas mawar dalam
budidayanya. Hingga pada tahun 2008, komoditas utama dalam usaha tani Kariksa
adalah bunga mawar potong. Lahan budidaya yang digunakan pun semakin meluas,
hingga saat ini kepemilikan lahan “Kariksa Flowers” mencapai 1,7 Ha yang
terbagi dalam dua lokasi berbeda yaitu Desa Sukajaya dan Desa Tugu.
Salah satu strategi yang digunakan untuk terus
mempertahankan usaha ini adalah dengan menjalin mitra bersama petani kecil yang
berbudidaya bunga potong dengan berbagai komoditas. Selain itu juga, “Kariksa Flowers”
bergerak dalam
bidang konsultan budidaya bunga potong mulai dari
persiapan lahan, pembibitan, hingga pemasaran produk akhir.
2.2 Visi dan Misi
Visi dan misi “Kariksa Flowers” adalah:
2.2.1 Visi
Visi yang
ingin dicapai oleh” Kariksa Flowers” adalah mengangkat kembali identitas
Indonesia sebagai negara agraris.
2.2.2 Misi
Misi yang dilakukan untuk mewujudkan visi “Kariksa
Flowers” yaitu menjalankan pertanian yang baik dan berusaha terintegritas
menjadi salah satu cara “Kariksa Flowers” mencapai tujuan tersebut.
2.3 Letak Geografis
“Kariksa Flowers” terletak di Desa Sukajaya,
Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Lokasi ini berjarak 7,4 km dari
pusat pemerintahan Kecamatan Lembang, 14 km dari pusat pemerintahan Kabupaten
Bandung Barat, dan 16 km dari pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Desa Sukajaya
terletak di kaki gunung Tangkuban Parahu dengan ketinggian ±1100 mdpl memiliki area
seluas 2,68 km2 yang terdiri dari 58 RT dan 16 RW (BPS, 2016). Desa ini
terletak di sebelah Selatan Gunung Tangkuban Parahu dan berbatasan langsung
dengan Kabupaten Subang pada sebelah Utara. Bagian Barat Desa Sukajaya
berbatasan langsung dengan Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong dan BagianTimur
Desa Sukajaya berbatasan dengan Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang. Letak
geografis “Kariksa Flowers” disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Letak
geografis “Kariksa Flowers”
2.4 Struktur Organisasi
“Kariksa
Flowers” merupakan usaha keluarga, sehingga susunan organisasi dalam kepengurusan
“Kariksa Flowers” mayoritas adalah pihak
keluarga. Dalam hal ini, “Kariksa Flowers” dipimpin langsung oleh pemilik usaha
sekaligus kepala keluarga yaitu Bapak H. Jajang Hairudin yang didampingi oleh
istrinya Ibu Ibut Setiawati yang berperan sebagai bendahara. Anak sulung dari
pemilik usaha “Kariksa Flowers” yaitu Bapak Krisma Riasnyah, S.P. berperan
sebagai sekretaris yang merangkap sebagai pemasaran dan HRD (Human Resources Departement) sekaligus
membawahi satu orang admin dan penanggungjawab gudang yaitu Ibu Deviana Febian
N., S.P. Bagian produksi dipimpin oleh masing-masing asisten produksi di kebun
Sukajaya maupun kebun Tugu. Seluruh kegiatan produksi dari kebun Sukajaya
maupun kebun Tugu dicatat oleh seorang sekretaris produksi yaitu Ibu Halimah. Susunan
kepengurusan “Kariksa Flowers” disajikan
pada Gambar 2, yaitu:
Gambar 2.
Struktur organisasi “Kariksa Flowers”
2.5 Standar Operasional Prosedur (SOP)
Standar operasional prosedur (SOP)
merupakan sebuah aturan yang diterapkan untuk efektivitas dan efisiensi “Kariksa
Flowers” dalam bekerja. Standar operasional prosedur “Kariksa Flowers” disusun
mulai dari ketua hingga penanggungjawab
gudang.
2.5.1 Ketua Organisasi
Ketua organisasi merupakan ujung tombak
dari sebuah organisasi. Oleh karena itu ketua organisasi dijabat oleh pemilik “Kariksa
Flowers” yaitu Bapak H. Jajang Hairudin yang memiliki peran untuk melaksanakan
hasil keputusan rapat anggota, memimpin rapat pengurus yang dihadiri pengurus “Kariksa
Flowers”, komite pengarah dan penyuluh pendamping, menandatangan surat menyurat
dan dokumen pelaksanaan (PUAP) dan dokumen surat menyurat lain,
mewakili “Kariksa Flowers” dalam pertemuan
dengan pihak lain, mengkoordinasikan pelaporan dan pertanggungjawaban dana,
serta memimpin organisasi dan administrasi “Kariksa Flowers”.
2.5.2 Bendahara
Bendahara merupakan jabatan penting di “Kariksa Flowers” yang
mana seluruh pengaturan pendanaan berada dalam kuasanya. Oleh karena itu tugas
ini dibebankan kepada Ibu Ibut Setiawati yang merupakan istri dari pemilik
usaha “Kariksa Flowers”. Bendahara bertanggungjawab atas penyusunan laporan
bulanan dan laporan tahunan kegiatan “Kariksa Flowers”, pelaksanaan penarikan
atau pencairan dana sesuai dengan jadwal pemanfaatan oleh anggota, penyaluran
dana (PUAP) kepada anggota, serta
penyusunan laporan bulanan dan
laporan tahunan keuangan “Kariksa
Flowers”.
2.5.3 Sekretaris, Pemasaran, dan HRD (Human Resources Departement)
Jabatan sekretaris, pemasaran, dan HRD
diampu sekaligus oleh satu orang yaitu Bapak Krisma Riansyah, S.P. yang
merupakan anak sulung dari pemilik usaha “Kariksa Flowers”. Sebagai sekretaris,
Bapak Krisma betugas untuk membuat dan memelihara notulen rapat, berita acara,
serta dokumen lain, menyelenggarakan surat-menyurat, menyelengarakan
administrasi dokumen RUB (rencana usaha bersama), RUK (rencana usaha kelompok),
RUA (rencana usaha anggota) dan kegiatan organisasi lain, serta menyimpan dan
memelihara arsip pembukuan.
Sedangkan perannya sebagai
divisi pemasaran, Bapak Krisma berkewajiban untuk mengidentifikasi,
menganalisis potensi dan peluang pasar berdasarkan sumber daya yang dimiliki
untuk mengembangkan komoditi yang dikembangkan atau diusahakan guna memberikan
keuntungan usaha yang lebih besar, merencanakan kebutuhan pasar berdasarkan
sumberdaya yang dimiliki dengan memperhatikan segmentasi pasar, menjalin
kerjasama atau kemitraan usaha dengan pemasok kebutuhan pasar, mengembangkan
penyediaan kebutuhan pasar produk pertanian, mengembangkan kemampuan memasarkan
produk-produk hasil pertanian, menjalin kemitraan atau kerjasama usaha dengan
pihak pemasok hasil-hasil produksi pertanian, meningkatkan
kemampuan dalam menganalisis potensi usaha masing-masing anggota untuk
dijadikan satu unit yang menjamin pada permintaan pasar dilihat dari kuantitas,
kualitas serta kontinuitas.
Human Resources Departemennt (HRD)
yaitu divisi yang membahas mengenai ketenagakerjaan. Dalam hal ini divisi HRD
berkewajiban untuk bertanggung jawab dalam
pembuatan job description dan
kompetensi karyawan, berwenang untuk menyetujui usulan penelitian,
mengkoordinasikan masing-masing divisi untuk mengindetifikasi kebutuhan, pelatihan
serta memobilisasikan sumber daya yang ada di divisi untuk pelaksana pelatihan
dan menyetujui dana program latihan, hingga bertanggung jawab dalam penyediaan
sarana dan prasarana.
2.5.4 Admin dan Gudang
Bagian admin dan gudang dipimpin oleh
Ibu Deviana Febian N., S.P. yang merupakan sahabat dekat dari Bapak Krisma
Riansyah, S.P. dalam pelaksanaannya bagian admin dan gudang bertugas untuk
melakukan pendataan keluar-masuk barang, pendataan
hasil panen, inventaris kelengkapan kerja, serta mengelola dan mengawasi media
pemasaran.
III. HASIL
KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Kegiatan
dan Pembahasan
Hasil kegiatan Praktik Umum dengan
topik yang diambil yaitu budidaya pada tanaman snapdragon potong di “Kariksa
Flowers” Desa Sukajaya Bandung Barat akan
dijabarkan sebagai berikut: persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemasangan
jaring, perawatan, serta pemanenan dan pascapanen.
3.1.1 Persiapan Lahan
Budidaya bunga potong snapdragon
yang dilakukan oleh mitra “Kariksa Flowers” dengan lahan seluas ± 1120 m2
dilakukan di luar green house. Teknik
budidaya snapdragon di “Kariksa Flowers” sangat memperhatikan aspek agroklimat.
Hal ini tercermin pada pemilihan lahan yang digunakan untuk berbudidaya yaitu
pada lahan yang datar dan tanpa naungan. Proses persiapan yang dilakukan
meliputi pengolahan tanah, pembuatan bedengan, dan pemberian pupuk kandang.
3.1.1.1
Pengolahan Tanah
Pengolahan
tanah yang dilakukan di “Kariksa Flowers” untuk pertanaman snapdragon masih
dilakukan secara manual yaitu menggunakan cangkul. Lahan yang digunakan
merupakan lahan bekas pertanaman sayur, sehingga tekstur tanahnya masih terasa
gembur. Oleh karena itu proses pengolahan tanah ini
dilakukan
oleh perempuan. Pengolahan tanah ini
dilakukan hanya satu kali sebelum
pembuatan bedengan. Selain untuk penghematan tenaga kerja, cara ini dimaksudkan
sebagai sarana konservasi tanah. Kegiatan pengolahan tanah secara manual
disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3.
Pengolahan tanah secara manual
3.1.1.2
Pembuatan bedengan
Teknik pembuatan bedengan tanaman
snapdragon dengan tanaman krisan adalah sama yaitu memiliki lebar 1 meter dan
jarak antar bedengan adalah 70 cm. Bedengan dibuat dengan bentuk gundukan
setinggi 5 cm. Penggundukan dilakukan menggunakan cangkul sekaligus
penggemburan tanah.
3.1.1.3
Pemberian pupuk kandang
Pemberian pupuk kandang dilakukan
setelah pembuatan bedengan selesai. Hal ini dilakukan karena untuk menghemat
penggunaan pupuk kandang, sebab harga pupuk kandang sedang tinggi. Pupuk
kandang yang diberikan ada dua jenis, yaitu pupuk kandang ayam dan pupuk
kandang sapi. Perbandingan pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi adalah
1:4. Tujuan pencampuran kedua jenis pupuk kandang ini adalah agar meningkatkan
kadar fosfor (P) yang berasal dari pupuk kandang ayam.
Cara pengaplikasian pupuk kandang
ini adalah dengan menaburkan pupuk kandang ayam dan sapi yang telah tercampur
pada bedengan yang telah dibuat. Dosis pupuk yang diberikan adalah sebanyak 50
karung dengan berat rata-rata adalah 25 kg tiap karung.
3.1.2
Pembibitan
Pembibitan
bunga snapdragon dilakukan menggunakan benih. Berdasarkan pengalaman petani,
pembibitan menggunakan benih lebih efektif digunakan dibandingkan menggunakan
stek, walaupun sedikit lebih lama namun resiko kerugiannya pun lebih kecil
menggunakan benih dibandingkan menggunakan stek. Benih yang digunakan untuk
pembibitan merupakan benih yang berasal dari perbenihan mandiri tiap petani,
hal ini karena sulitnya benih ditemukan dipasaran dan kalaupun ada, harganya
relatif tinggi.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk
melakukan pembibitan bunga snapdragon adalah sebagai berikut:
(1) Kotoran sapi dan sekam bakar sebagai
media semai dicampurkan hingga merata dengan perbandingan adalah 3 : 1.
Dimasukkan dalam tray, kemudian
disiram hingga jenuh dan dibiarkan minimal 24 jam.
(2) Setelah 24 jam, media dalam tray kembali diaduk, tujuannya agar
mencari kemungkinan adanya anjing tanah (Gryllatalpa
sp.) yang bersarang di dasar tray.
Walaupun jumlahnya hanya satu atau dua, namun kerusakan yang ditimbulkannya
bisa sangat fatal pada saat fase penyemaian.
(3) Benih disemai pada tray yang berukuran 50 x 40 x 3 cm
dengan bagian bawahnya terbuat dari kawat jaring.
(4) Benih snapdragon dicampurkan dengan
fungisida berbahan aktif propinep 70%
dan dimasukkan dalam plastik khusus yang digunakan untuk peyemaian benih.
Penyemaian benih dilakukan dengan cara ditaburkan mulai dari bagian pinggir
kotak, tujuannya agar semua bagaian tray
terisi oleh benih. Kegiatan penyemaian
benih snapdragon disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Penyemaian benih snapdragon
(5) Setelah penyemaian, tray disimpan di dalam green house namun ditempatkan pada rak
khusus yang minim sinar matahari. Penyimpanan ini dilakukan selama 7 hari
dengan kondisi media diusahakan selalu lembab.
(6) Setelah 7 hari dan ditandai dengan
ketinggian bibit minimal 3 cm, bibit siap dipindahkan pada green house dengan pencahayaan yang cukup.Bibit dipisahkan satu per
satu dalam kelontongan yang terbuat dari daun pisang. Pemindahan bibit dalam
kelontongan ini disebut dengan teknik ’bumbung’. Kegiatan pindah tanam
disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5.
Kegiatan pindah tanam (a) bentuk kelontongan
(b) proses pindah tanam
Tujuan dari pemindahan bibit dalam
kelontongan adalah agar pertumbuhan bibit lebih maksimal dan dapat menyesuaikan
dengan lingkungan sebelum ditanamkan di lapangan. Lamanya waktu bibit ditanam
pada kelontongan adalah 40-45 hari atau ketinggian bibit minimal adalah 10 cm,
barulah bibit siap dipindah-tanamkan di lahan sesungguhnya.
Penggunaan tray dan pemindahan bibit ke dalam kelontongan erat kaitannya
dengan resiko serangan hama dan panyakit. Sebelumnya penyemaian pernah
dilakukan langsung pada meja semai yang berukuran 1 x 5 m, namun hasilnya
serangan dari hama anjing tanah sangat masif dalam merusak akar tanaman, sebab
keberadaannya sulit dideteksi, karena hewan ini biasa bersembunyi pada celah
meja. Setelah proses penyemaian dilakukan menggunakan tray, kerusakan akibat hama ini dapat diatasi, karena keberadaan
dari anjing tanah ini dapat diketahui pada saat pengadukan media sebelum
penyemaian.
Pemindahan bibit ke dalam
kelontongan bertujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan bibit dan mencegah
kebusukan akibat serangan patogen. Lamanya fase pembibitan menjadi pertimbangan
utama bibit dipindahkan dalam kelontongan. Jumlah populasi yang besar dalam
satu kotak akan meningkatkan persaingan unsur hara dan perubahan iklim mikro di
sekitar tanaman
3.1.3
Penanaman
Penanaman snapdragon di lapang
dilakukan ketika bibit sudah berumur 5 sampai 6 minggu setelah semai atau
tinggi bibit sudah mencapai 10 cm. Penanaman dilakukan dengan cara manual yaitu
membuat lubang tanam sedalam 3 cm dengan tangan, kemudian bibit ditanamkan
dengan jarak tanam 10 x 10 cm. Media penanaman snapdragon di lapang adalah
tanah yang sudah dicampur dengan pupuk kandang. Penanaman ini dilakukan ketika
pagi hari. Kegiatan penanaman tanaman snapdragon disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6. Penanaman snapdragon di lapang
Setelah itu lahan disiram hingga
jenuh. Pada satu minggu pertama setelah penanaman, tanaman snapdragon yang
sehat akan tumbuh tegak, namun untuk tanaman yang terserang penyakit, maka akan
tetap layu dan kemudian membusuk. Jika kebusukan tanaman itu terjadi, maka
tanaman tersebut tidak dapat disulam, karena kejadian yang sama akan terus
berulang yaitu kebusukan pada tanaman hasil penyulaman. Kondisi seperti ini
menunjukkan bahwa pada tanah tersebut terdapat patogen tular tanah. Contoh
tanaman yang terserang busuk disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7. Bibit yang busuk akibat patogen
3.1.4
Pemasangan Jaring
Salah satu kriteria bunga snapdragon
yang termasuk pada kualitas tertinggi adalah batangnya yang panjang dan lurus,
sedangkan batang tanaman snapdragon sangat mudah untuk bengkok. Untuk
mendapatkan bunga snapdragon yang panjang dan lurus diperlukan teknik khusus
yaitu dengan pemasangan jaring. Jaring ini digunakan untuk menjaga agar
pertumbuhan snapdragon selalu tegak. Karena batang snapdragon yang panjang dan
mudah patah maka jaring yang digunakan untuk budidaya snapdragon ada dua
tingkat ketinggian. Jaring-jaring ini dipasang pada minggu kedua setelah tanam.
Untuk jaring pertama ketinggian awal saat dipasang mengikuti ketinggian
tanaman, dan akan terus ditinggikan seiring pertumbuhan tanaman dengan
ketinggian maksimum 50 cm. Cara pemasangannya yaitu dengan memasukkan lubang
pada bambu dari bagian atas kemudian diturunkan hingga mendekati tanaman. Teknis
pemasangan jaring penegak tanaman disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8. Pemasangan jaring penegak tanaman
Jaring yang kedua ketinggian awal
saat pemasangan adalah 75 cm dan akan terus bertambah ketinggiannya hingga
maksimum pada 1 meter. Cara pemasangan jaring kedua ini sama seperti pada
pemasangan jaring pertama. Jaring yang digunakan merupakan jaring untuk bola
voli dengan lebar 1 meter dan panjangnya mengikuti panjang guludan. Ukuran
kotak jaring yang digunakan adalah 15 x 15 cm, sehingga dalam satu kotak jaring
bisa digunakan untuk dua tanaman.
3.1.5 Perawatan
Perawatan dalam budidaya snapdragon
diantaranya adalah pemupukan, penyiraman, penyiangan gulma, pemendulan,
pengendalian hama dan penyakit.
Pemupukan tanaman snapdragon
dilakukan dua kali dalam sekali tanam yaitu pada usia tanaman 2 minggu setelah
tanam (mst) dan 6 minggu setelah tanam (mst). Pupuk yang digunakan dalam
pemupukan ini adalah pupuk majemuk NPK 16:16:16 dengan dosis 1 ton/ha atau
100g/m2. Teknik pemupukan yang digunakan dalam budidaya snapdragon
adalah dengan cara dilarik dalam dua baris tanaman satu larik pupuk NPK.
Kemudian larikan pupuk tersebut ditutup dengan tanah untuk mengurangi penguapan
pupuk ke udara. Kegiatan pemupukan NPK disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9. Pemupukan NPK
Tanaman snapdragon dapat ditanam
sepanjang musim, namun yang menjadi perhatiannya adalah ketersediaan air di
lahan. Pasalnya, dalam perawatan tanaman snapdragon banyak membutuhkan air.
Jika pada musim penghujan maka penyiraman disesuaikan dengan banyaknya hari
hujan tiap minggunya. Sedangkan pada musim kemarau, penyiraman dilakukan tiap
dua hari sekali. Penyiraman dilakukan menggunakan air sumur yang dialirkan
melaui selang dengan nozzle berukuran
besar dengan jangkauan 1 meter atau sesuai dengan lebar bedengan. Penyiraman
ini harus secara rutin dilakukan karena jika tanaman snapdragon sudah layu,
maka batangnya akan bengkok dan sulit untuk diluruskan kembali.Batang yang bengkok ini tidak akan
masuk kriteria pemanenan. Kegiatan penyiraman disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10. Penyiraman rutin
Keberadaan gulma pada pertanaman
snapdragon tidak begitu merugikan dari segi produksi, namun tetap butuh
pengendalian agar tidak menjadi sumber hama dan penyakit bagi tanaman.
Penyiangan gulma pada pertanaman snapdragon dilakukan secara manual mekanik
menggunakan cangkul. Gulma yang sering muncul pada pertanaman snapdragon adalah
jenis daun lebar yaitu Galinsoga
parviflora dan Amaranthus sp.
yang disajikanpada Gambar 11.
(a) gulma Galinsoga parvifloraGambar 11. Gulma di pertanaman snapdragon
(b) gulma Amaranthus sp.
Penyiangan gulma dilakukan satu
bulan sekali yang dilakukan secara manual maupun mekanik. Bagian bedengan
dilakukan secara manual, hal ini dimaksudkan agar dapat meminimalisir kerusakan
batang snapdragon yang mudah patah. Sedangkan penyiangan secara mekanik
dilakukan pada sekitar bedengan. Kegiatan penyiangan gulma secara manual
disajikan pada Gambar 12.
Gambar 12. Penyiangan gulma secara manual
Pengendalian
hama dan penyakit pada budidaya snapdragon bukan merupakan kegiatan rutinan
yang harus dilakukan, karena akibat yang ditimbulkan dari kemunculannya masih
di bawah ambang ekonomi. Penyakit yang muncul pada budidaya snapdragon milik
mitra “Kariksa Flowers” adalah busuk tanaman. Patogen penyebab busuk pada
tanaman snapdragon ini belum diketahui secara pasti oleh petani, sehingga
proses pengendaliannya belum optimal dan juga serangan patogen ini hanya
berlangsung pada fase pembibitan. Hama yang sering
muncul
pada saat budidaya tanaman snapdragon adalah anjing tanah
(Gryllatalpa sp.) dan ulat jengkal (Hypiosidra talaca). Hama anjing
tanah (Gryllatalpa sp.) dan ulat
jengkal (Hypiosidra talaca) yang
muncul pada pertanaman snapdragon disajikan pada Gambar 13.
Gambar 13. Hama di pertanaman
snapdragon (a) anjing tanah
(Gryllatalpa sp) (b) ulat jengkal (Hypiosidra talaca)
Hama
anjing tanah muncul pada saat fase pembibitan yang mengakibatkan kerusakan akar
tanaman sehingga pertumbuhan tanaman terganggu dan akhirnya mati. Sedangkan
ulat jengkal muncul ketika fase vegetatif hingga fase generatif di lapang. Ulat
jengkal menyerang pada daun bagian bawah, sedangkan daun bagian bawahnya
sendiri akan dihilangkan melaui proses perompesan. Siang hari, ulat jengkal
bersembunyi di dalam kelopak bunga, namun tidak merusak kelopaknya.
Selama
kegiatan Praktik Umum, pengaplikasian pestisida hanya dilakukan sebanyak tiga
kali yaitu pada saat fase pembibitan, masa vegetatif tanaman yang berumur 4
mst, dan awal fase generatif. Pada fase pembibitan, jenis pestisida yang
digunakan adalah fungisida dengan merek dagang Antracol 70 WP yang berbahan
aktif propinep 70 % dengan dosis 4 gram per liter. Pengaplikasian ini
dimaksudakan agar mengurangi kematian bibit yang mungkin disebabkan oleh jamur.
Pengaplikasian pada masa vegetatif tanaman dilakukan menggunakan fungisida
dengan merek dagang Saaf 75 WP yang berbahan aktif karbendazim 12% dan mankozeb
63% dengan dosis yang digunakan adalah 10 gram per 15 liter. Penggunaan
pestisida lainnya yaitu untuk pengendalian ulat jengkal menggunakan insektisida
Prevathon 50 SC dengan bahan aktif klorantraniliprol 50% dengan
dosis 1-1,5 ml per liter. Kegiatan pengaplikasian pestisida disajikan pada
Gambar 14.
Gambar 14. Pengaplikasian pestisida
Tanaman snapdragon umumnya berbunga
tunggal, namun kadangkala ada beberapa tanaman yang berbunga ganda pada satu
tangkai. Pembungaan ganda ini akan menurunkan nilai jual dari bunga snapdragon
itu sendiri. Jika pada satu tangkai terdapat pembungaan ganda, maka akan ada
salah satu bunga yang tumbuh dominan, sehingga mengurangi nilai estetika dari
bunga tersebut.
Oleh karena itu diperlukan kegiatan pemendulan
yang bertujuan untuk menghilangkan bakal bunga pada tangkai yang menunjukkan
ciri-ciri berbunga ganda. Pemendulan ini dilakukan dengan cara memotong bakal
bunga yang mulai tumbuh pada tangkai bunga menggunakan gunting khusus bunga,
hingga menyisakan satu bakal bunga.
3.1.6
Pemanenan dan Pascapanen
Tanaman snapdragon mulai berbunga
pada minggu kelima setelah tanam. Kriteria pemanenan yaitu minimal terdapat
tiga kuncup bunga yang telah mekar dalam satu tangkainya. Cara pemanenan bunga
snapdragon adalah dengan memotong tangkai bunga sekitar 10-15 cm dari tanah,
tujuannya agar dapat memunculkan tunas baru lebih banyak. Kegiatan pemanenan
bunga snapdragon disajikan pada Gambar 15.
Gambar 15. Pemanenan bunga snapdragon
Dalam potongan tangkai bunga snapdragon
tidak boleh terdapat cabang, karena jika terdapat cabang, maka tidak akan masuk
pada kriteria penjualan. Pemanenan ini dilakukan sebanyak dua kali dalam satu
minggu, yaitu setiap hari Rabu dan Jumat. Kemudian hasil panen ini dikumpulkan
di saung untuk dilakukan perompesan atau pembersihan daun dan sortasi.
Perompesan adalah kegiatan yang
bertujuan untuk membersihkan daun bagian pangkal tangkai yang umumnya terdapat
daun-daun yang sudah layu dan kering . Perompesan ini dilakukan sepanjang 20-30
cm dari pangkal tangkai. Kegiatan perompesan daun snapdragon disajikan pada
Gambar 16.
Gambar 16. Kegiatan perompesan daun snapdragon
Dengan perompesan ini juga untuk
mengurangi jumlah daun agar dapat mengurangi respirasi, sehingga bunga akan
bertahan lebih lama. Setelahnya, dilakukan sortasi untuk menentukan grade berdasarkan warna dan panjang
tangkai bunga. Grade A atau kelas
yang tertinggi memiliki panjang batang antara 80-100 cm, grade B dengan panjang tangkai antara 65-80 cm, dan kelas paling
rendah atau grade C adalah 50-65 cm.
Untuk tangkai bunga yang kurang dari
50 cm maka tidak akan masuk kriteria penjualan. Selanjutnya, dilakukan
pengepakan berdasarkan grade dengan
satu paknya berisi 10 tangkai snapdragon. Pengepakan menggunakan kertas koran
sebagai pembungkusnya. Setelah sampai pasar pembungkus bunga ini akan diganti
menggunakan plastik bouquet. Bunga
snapdragon ini dipasarkan di pusat penjualan bunga terbesar di Jakarta, yaitu
Pasar Rawa Belong. Harga jual bunga snapdragon ditentukan berdasarkan grade, untuk grade A dengan harga jual tertinggi yaitu Rp. 14.000, grade B Rp. 10.000, dan grade C seharga Rp. 7.000. Kegiatan
sortasi dan grading disajikan pada
Gambar 17.
Gambar 17. Kegiatan sortasi dan grading
3.2 Pembahasan
Snapdragon (Antirrhinum majus L.) adalah spesies
tanaman milik genus Antirrhinum dan
anggota keluarga Plantaginaceae. Bunga snapdragon yang ditanam oleh “Kariksa
Flowers” berwarna putih, kuning, oranye, pink muda, pink tua, pink fanta, merah
keunguan, bercak kuning, dan bercak pink. Ukuran tanamannya hampir seragam
dengan ketinggian rata-rata 1 meter, namun diameter batang bunga yang berwarna
putih cenderung lebih besar dibandingkan dengan warna yang lain. Hal ini sesuai
dengan yang disampaikan oleh Creel dan Kessler (2007) bahwa ukuran tanaman
snapdragon beraneka ragam mulai dari 12 cm hingga 1 meter, tergantung pada
jenis kultivarnya. Warna bunga berkisar dari putih dan kuning ke oranye, merah,
dan ungu menjadi hampir hitam, hanya biru yang tidak ada dalam gradasi warna
bunga snapdragon.
Pengolahan tanah yang
dilakukan untuk penanaman snapdragon dilakukan sebanyak satu kali, karena
tanahnya masih cukup gembur dan juga untuk menjaga kestabilan kondisi tanah.
Selain itu snapdragon juga akan tumbuh optimal pada kondisi tanah yang lembab
dan drainasenya baik. Kriteria tanah yang diperlukan untuk penanaman snapdragon
ini sama seperti yang disampaikan oleh Juarti (2016) bahwa tanah di Desa
Sukajaya yang terletak pada ketinggian ±1100 mdpl memiliki tanah yang gembur,
lembab, berdrainase baik namun peka terhadap erosi. Menurutnya, pengolahan tanah
terbaik berdasarkan karakteristik tersebut adalah dengan olah tanah minimum,
agar kelembaban tanahnya tetap terjaga.
Lahan yang digunakan
untuk penanaman snapdragon merupakan lahan bekas pertanaman sayur. Untuk itu,
penambahan pupuk kandang sebagai sumber bahan organik sangat diperlukan. Pupuk
kandang ayam dimanfaatkan sebagai sumber fosfor (P) sedangkan pupuk kandang
sapi dimanfaatkan sebagai sumber hara makro dan mikro yang lain. Kandungan
fosfor dalam pupuk kandang ayam lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang sapi,
sehingga formulasi pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi dengan
perbandingan 1:4 sangat tepat dilakukan. Pupuk kandang ini diberikan hanya pada
saat awal penanaman sebagai pupuk dasar. Penggunaan pupuk kandang yang
dilakukan oleh mitra “Kariksa Flowers” ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Juarti (2016) didapatkan bahwa tanah akan terkuras kandungan
unsur hara dan bahan organiknya apabila digunakan untuk pertanaman sayur. Maka
untuk mengembalikan bahan organik ke dalam tanah diperlukan penambahan pupuk
kandang yang disesuaikan dengan kebutuhan. Hal ini juga didukung oleh
pernyataan Hariatik (2009) bahwa feses ternak sebagai limbah ternak banyak
mengandung unsur hara makro seperti Nitrogen (N), Fospat (P2O5),
Kalium (K2O), dan Air (H2O). Meskipun jumlahnya tidak
banyak, dalam limbah ini juga terkandung unsur hara mikro diantaranya Kalsium
(Ca), Magnesium (Mg), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), dan Boron (Bo). Banyaknya
kandungan unsur makro pada feses ternak membuat penggunaannya hanya dilakukan
pada saat pemupukan dasar saja. Hal ini erat kaitannya dengan jumlah unsur
makro yang dibutuhkan tanaman yang tidak boleh melebihi rasio.
Lahan yang digunakan
oleh mitra “Kariksa Flowers” untuk berbudidaya snapdragon terbagi menjadi dua
tempat namun masih terletak di satu desa. Lahan utama terletak di cekungan
antara dua bukit tetapi tetap mendapatkan penyinaran penuh dengan kondisi lahan
yang datar. Lahan yang kedua terletak di sebelah green house pertanaman mawar, meskipun kondisinya datar, namun
pencahayaannya terhalangi oleh green
house pertanaman mawar. Dengan kondisi lingkungan tersebut menyebabkan
batang snapdragon menjadi lebih sukulen dan mudah patah dibandingkan dengan
batang snapdragon di lahan utama. Kondisi lahan utama yang digunakan untuk
berbudidaya snapdragon oleh mitra “Kariksa Flowers” sama dengan yang
diungkapkan oleh Windaryanto, Nihayati, dan Weningsari (2006) bahwa tanaman snapdragon
optimalnya tumbuh pada lahan yang datar dengan penyinaran penuh minimalnya 6
jam per hari. Namun untuk lahan yang kedua yang dimiliki oleh mitra “Kariksa
Flowers” tidak sesuai dengan yang disampaikan oleh Windaryanto, Nihayati, dan
Weningsari, (2006), sebab lahan kedua tersebut meskipun datar, namun
penyinarannya tidak penuh.
Penyemaian benih
snapdragon menggunakan tray semai
dengan menempatkan tray pada rak
khusus dengan pencahayaan yang minim juga didukung oleh suhu rendah Lembang
yang berkisar antara 14 - 24˚ C. Fase ini berlangsung selama 7 hari yang
ditandai dengan munculnya bibit tanaman setinggi ± 3 cm. Selanjutnya tray penyemaian dipindahkan pada tempat
dengann penyinaran yang cukup untuk memaksimalkan proses fotosintesis bibit
yang kemudian dilanjutkan dengan fase pemindah-tanaman bibit snapdragon pada
kelontongan yang terbuat dari daun pisang. Teknik penyemaian benih snapdragon
ini sesuai dengan pernyataan Creel dan Kessler (2007) bahwa fase penyemaian
snapdragon optimal pada suhu 17 – 23˚ C dengan kelembaban sedang dan
pencahayaan yang minim sebelum benih berkecambah. Setelah benih berkecambah
maka tray semaian harus dipindahkan
ke tempat dengan pencahayaan yang lebih tinggi.
Pemindah-tanaman bibit
snapdragon pada kelontongan daun pisang bertujuan agar tanaman dapat tumbuh
dengan baik serta meminimalisir tumbuhnya patogen akibat jarak tanam yang
terlalu rapat pada saat penyemaian. Proses ini sama dengan yang diungkapkan
oleh Wahyudi (2010) bahwa penggunaan kelontongan yang terbuat dari daun pisang
membuat jarak antar-tanamannya menjadi lebih renggang, sehingga aerasi di
sekitar tanaman berjalan dengan lancar dan kelembaban di sekitar tanaman dapat
berkurang. Bagian bawah kelontongan juga terbuka sehingga dapat membantu
perakaran tanaman untuk tetap tumbuh dengan baik. Ketika pemindahan bibit ke
lapang, kelontongan tidak perlu untuk dilepaskan sehingga memudahkan dalam
penanaman.
Pembibitan snapdragon
yang dipilih oleh mitra “Kariksa Flowers” adalah dengan menggunakan benih yang
berasal dari perbenihan mandiri atau benih yang dihasilkan dari kebun milik
petani itu sendiri. Terdapat alternatif lain yang bisa digunakan untuk
memperbanyak tanaman snapdragon yaitu dengan setek pucuk. Hosiyati (2004)
menyatakan bahwa rata-rata inisiasi bunga yang dihasilkan dari stek pucuk
muncul pada 11 mst sedangkan inisiasi bunga yang berasal dari benih akan muncul
pada 14 mst. Berdasarkan waktu berbunga, pembibitan lebih efektif menggunakan
stek pucuk dibandingkan dengan menggunakan benih.
Penanaman snapdragon di
lapang dilakukan secara manual dengan tangan. Jarak tanam yang digunakan oleh
mitra “Kariksa Flowers” untuk menanam snapdragon yaitu 10 x 10 cm dengan
kedalaman lubang tanam sekitar 3 cm. Pemilihan jarak tanam ini tidak sama
dengan yang disampaikan oleh Ridwan et al
(2012) bahwa jarak tanam yang optimal untuk tanaman snapdragon adalah 12,5 x
12,5 cm dengan kedalaman lubang tanam 3 cm. Pada jarak tanam 12,5 x 12,5 cm
tersebut maka aerasi di sekitar tanaman dapat berjalan dengan lancar dan ukuran
batang snapdragon cenderung lebih besar dibandingkan dengan ukuran batang
snapdragon milik “Kariksa Flowers”. Ukuran batang tercermin dari hasil panen
Ridwan et al (2012) yang hasil panen grade A lebih dari 80%.
Pemasangan jaring pada
pertanaman snapdragon sangat diperlukan untuk menopang pertumbuhan tanaman.
Terlebih batang snapdragon merupakan jenis batang yang tinggi dan sukulen atau
banyak mengandung air, sehingga akan mudah patah jika diterpa angin dan mudah
bengkok jika tidak diberikan bantuan penopang batang. Oleh sebab itu jaring
yang digunakan untuk tanaman snapdragon juga terdapat dua lapis dengan
ketinggian yang berbeda, yaitu 50 cm dan 1 meter. Pemasangan jaring juga
mengikuti pertumbuhan tanaman. Jaring pertama dipasang ketika tanaman berumur 2
mst dan ketinggian awal pemasangan juga mengikuti ketinggian tanaman hingga
batas maksimalnya yaitu 50 cm. Jaring kedua diangkat setelah ketinggian tanaman
lebih dari 50 cm. Pengangkatan jaring kedua ini prinsipnya sama dengan jaring
pertama yaitu mengikuti ketinggian tanaman yang akan terus meningkat dan
maksimalnya pada ketinggian 1 meter. Pemasangan jaring pada pertanaman
snapdragon ini sama dengan yang disampaikan Windaryanto, Nihayati, dan
Weningsari (2006) bahwa jaring penegak tanaman penting untuk dipasang karena
batang tanaman snapdragon harus ditopang pertumbuhannya agar tidak membengkok
ataupun patah.
Selain pupuk dasar yang
diberikan pada saat pengolahan lahan, tanaman snapdragon juga membutuhkan
pemupukan lanjutan dengan pupuk NPK. Pupuk NPK yang digunakan oleh mitra
“Kariksa Flowers” yaitu 16 : 16 : 16 . Pengaplikasian pupuk NPK dilakukan
sebanyak dua kali yaitu pada 2 mst dan 6 mst dengan dosis yang digunakan adalah 1 ton/ha atau 100
g/m2. Cara pengaplikasiannya yaitu dengan cara dilarik pada tiap dua
baris tanaman. Penerapan dosis pemupukan NPK ini tidak sama dengan yang dengan
yang disampaikan oleh Ridwan et al (2012)
yaitu urea dengan dosis 1,5 g/m2 dan KNO3 6 g/m2.
Pemupukan dengan dosis yang sama dilakukan pada umur tanaman 8 minggu
menggunakan Urea 1,5 g/m2, KNO3 6 g/m2 dan SP
36 6 g/m2.
Serangan penyakit busuk
menjadi faktor penghambat utama dalam budidaya tanaman snapdragon, karena
kematian tanaman akibat penyakit ini dapat mencapai 25%. Serangan ini tidak
hanya muncul pada saat pembibitan, namun juga pada awal penanaman di lapang.
Tanaman yang mati di lapang karena busuk tidak dapat disulam, karena jika hal
itu dilakukan maka tanaman tersebut akan kembali mati dengan cara yang sama. Secara
pasti, penyebab penyakit ini belum diketahui, namun berdasarkan gejala dan pola
penyebarannya sama seperti yang diungkapkan oleh Hidayah dan Djajadi (2009)
bahwa penyakit tersebut termasuk patogen tular tanah (soil-borne pathogens) yang merupakan kelompok mikroorganisme yang
sebagian besar siklus hidupnya berada di dalam tanah dan memiliki kemampuan untuk
menginfeksi perakaran atau pangkal batang, sehingga dapat menghasilkan infeksi
dan kematian bagi tanaman.
Grading
bunga
snapdragon dipilih berdasarkan permintaan konsumen yang didominasi oleh event organizer atau penyelenggara acara
yang menggunakan bunga ini sebagai dekorasi. Konsumen bunga snapdragon
menginginkan tangkai snapdragon yang panjang dan besar. Tangkai paling panjang
mendapatkan grade paling tinggi dan
sebaliknya tangkai yang pendek mendapatkan grade
paling rendah. Grade A atau kelas
yang paling tinggi memiliki panjang tangkai mecapai 80-100 cm, grade B dengan panjang tangkai antara 65-80 cm, dan
kelas paling rendah atau grade C dengan
panjang tangkai hanya berkisar antara 50-65 cm. Hasil panen yang dihasilkan
oleh mitra “Kariksa Flowers” terdiri atas 75% grade A, 20% grade B, dan
5% grade C. Bunga snapdragon dijual dalam satuan ikat, dalam satu ikat bunga
snapdragon terdiri dari 10 tangkai. Untuk mengurangi kerusakan selama
perjalanan, bunga snapdragon dibungkus dengan kertas koran. Kertas ini akan
diganti dengan plastik untuk menambah nilai jual ketika sudah sampai di pasarnya,
yaitu Pasar Rawa Belong, Jakarta. Dengan adanya grading maka harga yang diberikan untuk masing-masing grade berbeda. Grade
A dipatok dengan harga Rp. 14.000/ikat, grade
B dipatok dengan harga Rp. 10.000/ikat, dan grade C harganya adalah Rp. 7000/ikat.
Jumlah produksi
snapdragon di “Kariksa Flowers”
rata-rata 550 ikat setiap minggunya yang berasal dari dua kebun. Masa
panen ini berlangsung selama enam minggu mulai dari pertama kali panen. Dalam enam
minggu tersebut, perusahaan ini dapat menghasilkan bunga snapdragon sebanyak
3300 ikat. Jumlah tersebut terdiri atas 75% grade
A, 20% grade B, dan 5% grade C. Maka panen grade A yang dihasilkan ada 2310 ikat dengan pendapatan yang
dipeoleh yaitu
Rp. 32.340.000, total grade B yang diperoleh adalah 660 ikat
dengan pendapatan Rp. 6.600.000, sedangkan total grade C yang diperoleh hanya 165 ikat dengan pendapatan Rp.
1.155.000. Total pendapatan dari keseluruhan panen bunga snapdragon adalah Rp.
40.095.000. Modal yang dikeluarkan oleh perusahaan ini untuk memproduksi bunga
snapdragon setiap musimnya adalah Rp. 19.170.000. Berdasarkan perhitungan
jumlah pendapatan dikurangi jumlah modal produksi maka keuntungan yang
diperoleh mitra “Kariksa Flowers” dari budidaya snapdragon adalah Rp. 20.925.000,
sehingga usaha budidaya bunga potong snapdragon layak untuk dikembangkan.
Modal yang dikeluarkan
oleh “Kariksa Flowers” untuk semusim disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Modal yang
dikeluarkan untuk menanam snapdragon dalam semusim
Nama
Barang
|
Jumlah
|
Satuan
|
Harga
Satuan (Rp)
|
Jumlah
Biaya (Rp)
|
Sewa tanah
|
4
|
bulan
|
500.000
|
2.000.000
|
Bibit
|
30000
|
unit
|
100
|
3.000.000
|
Pupuk kandang
|
50
|
karung
|
30.000
|
1.500.000
|
Pupuk NPK
|
50
|
kilogram
|
20.000
|
1.000.000
|
Jaring
|
2
|
rol
|
800.000
|
1.600.000
|
Bambu
|
50
|
meter
|
10.000
|
500.000
|
Fungisida antracol
|
1
|
unit
|
60.000
|
60.000
|
Fungisida sarat
|
1
|
unit
|
80.000
|
80.000
|
Insektisida prevathon
|
1
|
unit
|
60.000
|
60.000
|
Tenaga kerja laki-laki
|
4
|
bulan
|
1.300.000
|
5.200.000
|
Tenaga kerja perempuan
|
4
|
bulan
|
1.000.000
|
4.000.000
|
Air kebun
|
4
|
bulan
|
20.000
|
80.000
|
Selotip
|
10
|
unit
|
2.000
|
20.000
|
Koran
|
10
|
kilogram
|
7.000
|
70.000
|
|
||||
|
|
|
Jumlah
|
19.170.000
|
4.1
Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan praktik umum
ini adalah:
(1) Pembibitan tanaman snapdragon di
“Kariksa Flowers” masih menggunakan benih tetapi ada alternatif lain agar lebih
efektif yaitu menggunakan stek pucuk karena waktu inisiasi bunga lebih cepat;
(2) Tanaman snapdragon membutuhkan
pencahayaan penuh agar batang tanaman lebih tegar dan tidak mudah patah;
(3) Teknologi panen yang digunakan dalam
budidaya snapdragon menggunakan teknik manual dengan menggunting tangkai bunga
10-15 cm dari pangkal batang yang bertujuan untuk merangsang pembentukan tunas
baru;
(4) Pascapanen bunga snapdragon yaitu perompesan untuk mengurangi respirasi dan dibungkus
dengan kertas koran untuk mengurangi kerusakan saat
penyimpanan.
4.2 Saran
“Kariksa Flowers” sebaiknya mengambangkan alternatif pembibitan
yang lain yaitu dengan cara stek pucuk, agar waktu inisiasi bunga lebih cepat.
Selain itu juga jarak tanam harus disesuaikan, agar hasil panen yang diperoleh
lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2016. Kabupaten Bandung Barat dalam Angka. Badan
Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat.
Jawa Barat
Creel, R. dan Kessler, J.R. 2007. Greenhouse Production of Bedding Plant Snapdragons. Alabama Cooperative
Extension System ANR-1312.5p.
Hariatik.
2009. Perbandingan unsur NPK pada pupuk
organik kotoran sapi dan kotoran ayam
dengan pembiakan mikro organisme lokal (MOL). Jurnal Pendidikan Sains 6 hlm
Hidayah,
N. dan Djajadi. 2009. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi perkembangan patogen tular tanah pada
tanaman tembakau. Jurnal Perspektif Vol 8(2): hal 74-83
Hosiyati,
L. 2004. Studi Perbandingan Budidaya
Tanaman Snapdragon (Antirrhinum
majus L.) dengan Benih dan Tunas
Produktif. D III Pertanian.Universitas
Brawijaya. Malang.
Juarti.
2016. Analisis indeks kualitas tanah andisol pada berbagai penggunaan lahan di Desa Sumber Brantas Kota Batu. Jurnal Pendidikan Geografi Vol 21(2):58-7
Ridwan, H.K., Hilman, Y., Sayekti, A.L.,
dan Suhardi. 2012. Sifat inovasi dan peluang
adopsi teknologi pengelolaan tanaman terpadu krisan dalam pengembangan agribisnis krisan di Kabupaten
Sleman, di Yogyakarta. Jurnal Hortikultura Vol 22(1):85-93
Wahyudi. 2010. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. PT Agromedia Pustaka. Jakarta
Windaryanto,
E., Nihayati, E. dan Weningsari, H. M. 2006. Respon dua varietas bunga potong
snapdragon (Antirrhinum majus L.)
terhadap beberapa perlakuan panjang
hari. Jurnal Perhorti Bali 11 hlm
LAMPIRAN
Gambar
20. Bunga Snapdragon
1 komentar:
mangstabss
Post a Comment